"Pemborosan" yang Berkenan di Hadapan Tuhan

"Pemborosan" yang Berkenan di Hadapan Tuhan
Metode Penafsiran Analisis Naratif
Pengurapan Yesus di Betania
(Markus 14:1-9)
oleh: Pdt. Agus Supratikno, M.Th

Pengantar
            Kisah pengurapan Yesus dengan minyak Narwastu di Betania yang fenomenal memiliki daya magnet tersendiri bagi penulis-penulis Injil dan juga pembaca Injil.  Mungkin itulah sebabnya para penulis Injil mencantumkan kisah tersebut, meskipun dengan cara penuturan yang berbeda.  Kita melihat bahwa tindakan perempuan yang mengurapi Yesus, mendapat reaksi keras dari para murid Yesus. Hal itu disebabkan karena mahalnya harga minyak narwastu tulen tersebut, yang jika dijual dapat laku 300 dinar. Dan uang 300 dinar tersebut sebenarnya dapat dipakai untuk membantu orang-orang miskin.
            Memang jika dilihat dari sudut ekonomi itu sungguh suatu pemborosan dan tindakan yang berlebihan.  Karena uang 300 dinar itu cukup besar jika dibandingkan dengan upah buruh pada saat itu yang hanya 1 dinar sehari(Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, p. 519). Sedangkan kalau dilihat dari “seni” memakai parfum, apa yang dilakukan oleh Maria ini sama sekali tidak memiliki nilai “seni”. 
Namun apapun penilaian para murid dan juga penilaian saya tentang tindakan perempuan itu, yang pasti Yesus justru memujinya dan menganggap hal itu sebagai perbuatan baik (a good work).  Mengapa Yesus justru membela bahkan memuji tindakan perempuan tersebut.  Mengapa sesuatu yang dianggap “pemborosan” justru berkenan di hati Tuhan? Apakah maksud perkataan Tuhan Yesus dengan mengatakan: “Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.”(Markus 14:7).  Apakah dengan perkataan-Nya itu, Ia sedang membandingkan pelayanan terhadap orang-orang miskin dengan pelayanan terhadap Dia, dan yang terpenting adalah melayani Dia dan mengabaikan pelayanan sosial terhadap orang miskin?  Dengan demikian dapat dijadikan legitimasi bagi gereja-gereja untuk mengabaikan pelayanan sosial terhadap orang-orang miskin, dan bersikap eksklusif dengan hanya mengejar kepuasan rohani dalam ritualisme dan formalisme saja.
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, atau setidaknya dapat memaknai kisah tersebut, penulis menggunakan metode analisis naratif.  Metode analisis naratif adalah metode yang paling simple dan murah untuk menginterpretasikan Alkitab.  Karena sebenarnya hanya dengan menggunakan Alkitab saja sudah dapat membangun sebuah kotbah atau tulisan.  Kalau dalam tulisan ini saya menggunakan referensi tambahan, sebenarnya itu tidak diharuskan, itu bukan yang utama. Tulisan ini juga dikandung maksud agar kaum awam yang tidak banyak memiliki buku-buku teologi atau tafsir Alkitab dapat belajar bagaimana menafsirkan Alkitab dengan hanya bermodalkan Alkitab saja.  
Metode Analisis Naratif.   
            Dalam metode analisis naratif yang perlu dipahami adalah unsur kesatuan cerita, setiap bagian-bagian cerita harus dipahami sebagai bagian dari seluruh cerita. Karena itu untuk mendapatkan pemahaman yang utuh, kita perlu menikmati aliran dari tiap adegan cerita sebagaimana adanya.  Namun demikian untuk kepentingan analisis, unsur-unsur dalam sebuah cerita dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:  segi isi dan segi bentuk1
Dari segi isi yang dianalisis adalah apa yang diceritakan, sedangkan dari segi bentuk, analisis dipusatkan pada cara atau bagaimana cerita diungkapkan..  Akan tetapi tentu ada beberapa bagian dari cerita yang menjadi sorotan utama atau fokus analisis.  Dalam analisis segi isi, analisis difokuskan pada: latar cerita (setting), tokoh cerita dan alur cerita (plot).    Sedangkan dari segi bentuk akan dilihat sisi inklusio (pembingkaian).
Analisis dari Segi Isi.
1.  Latar Cerita(setting).
            Latar cerita merupalan “panggung” dimana cerita mulai digelar, latar cerita meliputi: tempat, waktu, dan suasana.  Hal ini sangat penting untuk memahami latar belakang dari peristiwa yang dipotret dan menjadi fokus utama analisis.
a.  Waktu.
Markus 14:1, menunjukkan pada kita bahwa  waktu peristiwa pengurapan terjadi dua hari sebelum Hari Raya Paskah dan hari Raya Roti Tidak Beragi, ”Jewish Passover feast”( Markus 14:2, John 2:13, 23; 6:4;11:55).  Hari persiapan (the day of preparation), biasanya disebut sebagai hari pertama hari raya roti tidak beragi (the first day of the feast of unleaved bread, bnd; Markus 14:12).2   Kronologis tentang minggu Paskah memang cukup sulit ditentukan, hal itu dikarenakan dua sistem pemakaian waktu dipakai pada masa itu, sistem Romawi, hari baru diawali tengah malam (midnight), sedangkan sistim Yahudi, dimulai pada waktu petang (sunset)3
Jika mengacu pada penanggalan Yahudi kemungkinan besar itu menunjuk pada Selasa petang yang dalam penanggalan Yahudi berarti juga awal Rabu.  Tetapi dilihat dari analisis naratif, maka hal itu adalah sebagai bagian dari cara penuturan atau penceritaan Markus. Markus menempatkan dua peristiwa penting diantara pengurapan dan penyaliban yaitu upaya Imam-imam kepala dan Ahli Torat untuk membunuh Yesus(14:1b-2) dan penghianatan Yudas(14:10-11). Kedua peristiwa itu terjadi dalam rentangan waktu antara pengurapan dan penyaliban. Dengan demikian jalan cerita dapat mengalir secara logis.  
b. Tempat.
Markus 14:3, menjelaskan bahwa peristiwa pengurapan Yesus oleh Maria terjadi di Betania, di rumah Simon si Kusta.  Betania adalah juga tempat tinggal sahabat-sahabat dekat Yesus, diantaranya adalah Maria dan Marta yang adalah saudara Lazarus yang dibangkitkan dari antara orang mati(Yohanes 11:1).  Memang ada perbedaan berkaitan dengan rumah tempat perjamuan diadakan, Injil Matius dan Markus menuliskan bahwa peristiwa itu terjadi di rumah Simon si Kusta, sedangkan Yohanes di rumah Lazarus.  Ada beberapa penjelasan berkaitan dengan perbedaan tersebut diantaranya adalah mungkin Simon adalah saudara dekat Lazarus, Maria dan Marta, tetapi tidak ada teks yang menjelaskan hal itu.  Dalam penafsiran analisis naratif hal tersebut bukan menjadi hal yang utama.  Dua hal penting, berkaitan dengan tempat dalam kisah ini adalah: 
Pertama, Betania, lokasinya sebagai berdekatan dengan Yerusalem. Yesus adalah domba Paskah yang sebenarnya yang akan dikorbankan bagi bangsaNya dan bagi seluruh umat manusia.  Yesus datang ke Betania  adalah sebagai tempat persiapan bagi Domba Paskah yang akan dikorbankan di Yerusalem.
            Kedua, Betania adalah tempat dimana sahabat-sahabat yang mengasihi Yesus tinggal.  Menjelang penyaliban-Nya, Yesus bersama sahabat-sahabat dekat yang mengasihiNya.  Sebagaimana kebanyakan orang, ketika menghadapi saat-saat terberat dalam hidupnya, kerinduan yang terbesar adalah ada bersama sahabat-sahabat terdekat yang mengasihinya

2.  Tokoh Cerita.
            Tokoh cerita meliputi, tokoh utama, tokoh pembela, tokoh musuh, dan tokoh netral.  Pembagian penokohan ini didasarkan pada peranan mereka pada kisah tersebut.
a.  Tokoh Utama. 
Dalam kisah pengurapan Yesus di Betania, yang menjadi tokoh utama seorang perempuan, Markus tidak menyebutkan siapa nama perempuan ini. Tidak jelas apa alasan Markus tidak mencantumkan nama perempuan itu, mungkin bagi dia yang penting adalah tindakan yang dilakukan oleh perempuan itu bukan siapa perempuan itu.  Tetapi dalam Yohanes 12:3, dikatakan perempuan itu sebagai Maria. Maria inilah yang menjadi tokoh utama dalam kisah pengurapan. Karena dia dan tindakannyalah yang menjadi fokus perhatian dari semua tokoh-tokoh yang lain yang ada dipesta perjamuan di Betania.
b.Tokoh Penghalang.  
Tokoh penghalang dalam kisah pengurapan ini adalah murid-murid Yesus dan secara khusus Yudas Iskariot.  Karena merekalah yang menentang perbuatan Maria mengurapi Yesus dengan minyak Narwastu murni yang mahal harganya.
c. Tokoh Pembela. 
Dalam kisah pengurapan ini, Yesus adalah tokoh pembela, karena Dialah yang membela apa yang dilakukan oleh Maria, dan menganggap itu sebagai perbuatan baik.
Bahkan Yesus menganggapnya sebagai persiapan bagi penguburan-Nya.
d. Tokoh Netral. 
Tokoh netral dalam kisah ini adalah: Simon si Kusta, Lazarus, Marta, karena teks tidak menceritakan respons mereka terhadap tindakan Maria. 
3.  Alur Cerita.
a.   Alur Cerita dalam Rangkaian Utuh Injil Markus
Untuk melihat pentingnya peristiwa yang penulis potret yaitu “pengurapan Yesus” maka perlu dilihat tempat peristiwa itu dalam rangkaian cerita Injil Markus secara menyeluruh dan utuh.  Berikut ini garis besar Injil Markus4

1.     Permulaan(1:1-13).
2.     Yesus Messias menyatakan Pemerintahan Allah, tetapi Dia tidak diterima((1:14-8:26)          
      2. 1.  Kuasa Yesus dan kedegilan kaum Farisi (1:14-3:6).
      2. 2.  Kegiatan Yesus makin meluas dan ketidak percayaan orang (3:7-6:6a).
2. 3.  Yesus memberi keselamatan kepada orang Yahudi dan bukan Yahudi dan     kebutaan para murid (6:6b-8:26)
3.  Yesus menyatakan diri sebagai Messias yang menderita dan bangkit di
     Yerusalem  dan hal mengikut Messias (8:27-16:8a).
     3. 1.  Yesus akan menderita dan bangkit dan hal mengikut Dia (8:27-10:52).
     3. 2.  Yesus raja orang Yahudi di Yerusalem (11:1-16:8a).
               3. 2. 1.  Pekerjaan Yesus di Bait Allah dan sekitarnya (11:1-13:37).
                 3. 2. 2.  Penyerahan, penderitaan dan kematian Yesus (14-15)
                 3. 2. 3.  Kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Sorga (16)
Dari garis besar rangkaian cerita Injil Markus maka pengurapan Yesus masuk dalam rangkaian kisah penderitaan dan kematian Yesus. Hal ini akan  kita lihat lebih detail dalam pembahasan tentang analisis dari segi bentuk.
III.   Analisis dari Segi Bentuk (Retorika).
a.     Analisis Segi Bentuk dalam Rangkaian Kisah Penderitaan dan penyaliban.
Untuk melihat bagaimana segi retorika yang dibangun oleh pencerita marilah kita melihat secara menyeluruh rangkaian kisah penderitaan dan kematian Yesus.
1.   Imam-imam kepala dan ahli-ahli Torat mencari jalan untuk menangkap dan
      membunuh Yesus dengan tipu muslihat(!4:1b-2).
2.     Maria mengurapi Yesus dengan minyak Narwastu murni di Betania(14:3-9).
3.     Yudas Iskariot bermaksud menyerahkan Yesus kepada para Imam(14:10-11).
4.     Yesus makan perjamuan Paskah dengan murid-muridNya(14:12-31).
5.     Yesus di taman Getsemane(14:32-42).
6.     Yesus ditangkap dan dibawa dihadapan Mahkamah Agama(14:43-65).
7.     Petrus menyangkali Yesus(14:66-72)           .
8.     Yesus dihadapan Pilatus dan diolok-olok(15:1-20).
9.     Yesus disalibkan dan dikuburkan(15:20b-47).

Bila kita melihat segi bentuk (retorika), dari rangkaian kisah penderitaan dan penyaliban Yesus maka kisah pengurapan di Betania menjadi sangat menarik, bukan saja karena si pencerita menempatkannya pada awal kisah kesengsaraan dan kematian Yesus, tetapi juga karena kisah pengurapan itu ada ditengah-tengah kisah-kisah lain yang kontradiktif yaitu kisah kebencian, penghianatan, penyangkalan, penghinaan, tipu muslihat, dan puncaknya penyaliban Yesus.
            Menarik sekali bahwa pencerita membingkai kisah pengurapan dalam kisah penderitaan dan penyaliban, kisah yang berdarah-darah. Sehingga apa yang diperbuat Maria menjadi nampak sungguh- sungguh sangat berharga.  Ditengah-tengah kebencian, penghianatan, penyangkalan, penghinaan, penolakan dan penyaliban, ada pernyataan kasih yang tulus dari seorang sahabat-Nya yaitu Maria.
b.    Analisis Segi Bentuk dalam Paragraf Kisah Pengurapan.
Untuk memahami lebih detail dinamika dari cerita marilah penting bagi kita untuk melihat setiap adegan dari paragraf dimana kisah pengurapan terjadi:
Adegan 1:
Yesus dijamu oleh sahabat-sahabatnya, mungkin semacam perjamuan malam sebagai bentuk ucapan syukur.  Lihat beberapa diantara yang hadir adalah orang-orang yang telah mengalami cinta kasih Yesus, seperti: Simon si Kusta,  Lazarus adalah saudara Maria dan Marta yang dibangkitkan dari antara orang mati(14:3a)
Adegan 2:
  Maria mengambil minyak Narwastu murni yang mahal harganya dan
mengurapi kepala Yesus (14:3b).
Adegan 3:
Para murid bereaksi dan memarahi Maria, menganggap hal itu sebagai pemborosan.  “Sebab minyak ini dapat dijual 300 dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Para murid memarahi perempuan itu(14:3b).  
Adegan 4:
Yesus membela Maria dan menganggap perbuatan Maria sebagai suatu perbuatan baik, “Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik padaKU.”
 “A good (kalon: nobel beautiful, good) work”4. (Bnd; agathos: a primary word “good”(in any sense often as noun)”5   Memang dalam beberapa versi Alkitab diterjemahkan secara berbeda, a good work (King James), a beautiful thing (NIV).  Tidak seperti para murid, Yesus justru melihat perbuatan maria bukan sebagai pemborosan melainkan sebagai sesuatu yang bukan saja baik tetapi memiliki nilai keindahan sebagai ekspresi dari kasih dan penyembahan (devotion) yang keluar dari hati yang dalam.  Bahkan Yesus mengatakan sebagai persiapan bagi penguburan-Nya.
“Karena orang miskin selalu ada padamu dan kamu dapat menolong mereka bila kamu menghendakinya, tetapi aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Dan hal itu juga dikatakan Yesus sebagai persiapan penguburan-Nya. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya.  TubuhKu telah diminyakinya sebagai persiapan penguburanKu. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya dimana Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini disebut juga untuyk mengingat dia.”(14:7-9).
Dalam ayat 7, seakan Yesus mengkontraskan anatra pelayanan terhadap Dia  dan orang miskin. Orang miskin, ptokhos, orang yang tak mempunyai apa-apa, tuna tanah, tuna wisma, dan tuna karya. Orang yang hidupnya hanya mengandalkan pada pertolongan orang lain. Pada jaman itu cukup banyak orang yang termasuk golongan ptokhoi, karena kebijakan ekonomi Herodes menjadikan minoritas mampu menjadi semakin kaya, dan mayoritas mlarat menjadi semakin mlarat (fletcher, Lihatlah Sang Manusia, p.207). Ptokhos selalu ada padamu, dan para murid-murid dapat membantu mereka kapanpun mereka menghendaki.  Tetapi Yesus tidak akan selalu bersama mereka secara fisik, ingat konteks mempersiapkan penguburan-Nya. Sehingga kesempatan untuk mengekspresikan kasih kepadaNya selagi Dia ada ditengah-tengah mereka akan segera berakhir.
Dengan demikian kita dapat melihat bahwa titik pijak perbandingan bukan pada Yesus dan orang miskin tetapi pada kata always and not always.  Ptokhos selalu ada padamu dan kamu dapat menolong kapanpun engkau mau, tetapi Aku secara fisik tidak akan selalu ada bersama kamu.  Kesempatan untuk menyatakan cinta selagi Dia ada hadir secara fisik bersama mereka hampir habis, dan Maria menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
Kesimpulan dan Refleksi
            Dari tafsir analitis naratif di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Tidak seperti para murid yang menganggap perbuatan Maria sebagai pemborosan, Yesus sebaliknya justru memuji tindakan pengurapan yang dilakukan oleh Maria sebagai sebuah perbuatan baik (a good work), bahkan bukan saja baik tetapi juga sesuatu yang indah (a beautiful thing). Yesus menilainya bukan sebagai “pemborosan” melainkan sebagai sebuah ungkapan kasih dan penyembahan (devotion) yang tulus dari Maria  sebagai persiapan penguburan-Nya
Kisah pengurapan itu menjadi lebih menarik, manakala kita melihat dari sisi “pembingkaian” dimana Markus membingkainya dalam kisah sengsara dan kematian Yesus. Diantara kisah yang diwarnai dengan kebencian, penghianatan, penyangkalan, penghinaan, fitnah, dan puncaknya penyaliban, ternyata masih ada seorang sahabat yang berkenan menyatakan kasih, penghormatan dan pemujaannya yang tulus.  Sungguh itu sesuatu yang indah dan sangat bernilai.
Dikala bayangan tangan-tangan penggenggam palu penghakiman menghantui, ketika puluhan mata menatap penuh curiga, dan tebaran senyum hina ditebarkan didepan mata.  Betapa indah dan berartinya kehadiran seorang sahabat yang dengan tulus mengasihi, mendukung, mendengarkan bahkan masih mau duduk bersama, memegang tangan atau bahu, meski tak sepatah kata terucap.       
Yesus tidak menganggap bahwa pelayanan terhadap orang-orang miskin tidak penting.  Perbandingan yang Tuhan jelaskan bukan antara pelayanan terhadap Dia dan pelayanan terhadap orang-orang miskin, melainkan terletak pada kata, always and not always. Apa yang Yesus katakan harus dilihat dari konteks keutuhan cerita, dalam hal ini adalah dalam bingkai kesengsaraan dan kematian Yesus.  Yesus tidak akan selalu ada bersama mereka secara fisik, sehingga kesempatan untuk mengekspresikan kasih mereka, selagi Dia ada bersama mereka akan berakhir.  Dan Maria menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya,
Demikian mestinya setiap orang percaya jangan mau kehilangan kesempatan yang dimiliki untuk mengekspresikan cintanya pada Tuhan.  Bagi Maria tidak ada yang lebih besar dari cinta kasih Tuhan Yesus.  Bagi dia tidak ada yang terlalu mahal untuk mengekspresikan cintanya pada Yesus.  Bukankah tidak ada yang terlalu besar untuk sebuah cinta dan sesuatu yang memiliki nilai kekal.
Yesus sama sekali tidak memperbandingkan antara pelayanan bagi Dia dan pelayanan sosial bagi orang miskin. Dalam pelayananNya Yesus sangat akrab dengan golongan ptokhos ini.  Bahkan dalam Matius 25:31-46, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang orang yang miskin dan menderita.  
 Kehidupan gereja hendaknya dijauhkan dari sikap eksklusif dalam artian hanya mencari kepuasan rohani dalam ritualisme dan formalisme saja dan mengabaikan betapa banyak orang di luar sana yang memerlukan uluran tangan kasih orang percayaPelayanan apapun yang dilakukan bagi Tuhan dan sesama hendaknya merupakan ekspresi dari kasih dan ibadah (devotion) pada Tuhan.  Tak ada sesuatu yang terlalu besar dan mahal bila dibandingkan dengan kasih YesusAmin. 



1Bnd. Adji Sutama, Mengapa Kamu Menengadah ke Langit, ia menjelaskan bahwa Drewes dalam buku Satu Injil Tiga Pekabar membagi narasi dalam dua unsur yaitu unsur cerita dan penuturan yang kemudian dimodifikasi oleh Adji menjadi: unsur isi cerita dan cara cerita
2 John D. Grassmick, dalam The Bible Knowledge Commentary,  ed. John F. Walfoord and Roy B. Zuck. Canada: Vicktor Books, p.  174.
3 ibid
4B.E Drewes, Satu Injil TIga Pekabar,Jakarta; BPK Gunung Mulia, p.110-111, saya sedikit memodifikasi dengan memisahkan antara kisah penderitaan-penyaliban dengan kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Sorga.
4ibid
5Inter Linier Bible,  Strong’s Definition, PC Study Bible For Windows.

0 komentar:

Posting Komentar